Pages
Kamis, 10 Maret 2011
Selasa, 08 Maret 2011
Januari, Sebulan Penuh Buku

(lupa Januari hari kapan)

(lupa membacanya kapan)




(3Januari 2011)




Buku selanjutnya, sejak beritanya santer terdengar di media masa baik cetak maupun layar kaca. Saya sudah sangat tertarik dengan cerita romantis Pak Habibie dan Bu Ainun. Benar! membaca buku ini memang romantis, tapi tanpa mengurangi rasa hormat. Saya tidak mendapatkan keromantisan secara utuh. Buku ini lebih banyak membahas Pak Habibie dengan kehidupannya dan Bu Ainun mendapat porsi yang tidak cukup banyak. Buku ini yang tanpa editor juga cukup menganggu dengan banyaknya kesalahan penulisan. Terlepas dari itu, saya selalu kagum dengan orang jenius yang bisa menulis novel. Itu semakin menunjukkan kejeniusannya. Hebat! otak kanan dan kirinya seimbang. (1Januari2011)
Catatan Zhevi: tidak menemukan covernya di google. (Lupa membacanya kapan)
Saya membacanya karena tau pengarangnya yang kebetulan adalah pemandu forum fiksi FLP Yogyakarta tahun angkatan saya. Novel misteri ini memang sangat sederhana. Sasarannya jelas remaja. Novel ini tipis jadi cukup duduk santai beberapa jam maka novel akan habis terlahap.

Sangat tidak rekomendasi dibaca. Sudah jelas ini novel grafis dewasa. Sekalipun anda sudah merasa dewasa tetap saja tidak boleh membaca!

Ini kolaborasi suami istri penulis. Teh Pipiet Senja dan suaminya. Mesra sekali ya?
Buku ini berisi dua novelet(jumlah halaman yang lebih sedikit dari novel pada umumnya). Kalau tidak salah novelet teh Pipiet ceritanya tentang kegagalan seorang wanita dalam menjalakan profesinya sebagai ibu rumah tangga yang baik karena kesibukan kariernya. Sedangkan sang suami, bercerita tentang dua pasutri yang kabur karena pernikahannya tidak direstui. Akibatnya sang suami tidak bisa menggunakan kelelakiannya hingga pasutri tak kunjung punya garis keturunan.
Minggu, 06 Maret 2011
2 tahun 16 hari
Tiap tahun selalu sama. Aku juga masih seperti yang dulu. Prestasiku juga masih minim. Temanku masih saja itu – itu saja. Dan…Masih dengan permusuhan yang sama. Permusuhan yang dijodohkan dengan seseorang di dekat sana. Sudah bosan mengulasnya. Sudah bukan sekali dua kali aku bercerita. Ribuan kali pada ratusan orang.
Malam tadi dengan kejengkelan yang sudah tertata rapi dalam lipatan-lipatan yang sama sekali tanpa kekusutan. Seseorang-orang yang menjengkelkanku- itu menghubungi. Jauh aku menata diri agar tak terbawa emosi sejak lama. Ternyata terlalu lemah menahan sentakan setan untuk membalas perbuatan temanku. Air tuba untuk air tuba.
Aku hanya bercanda. Hanya memanipulasi nomer yang dimintanya. Sayangnya disaat dia sedang berada dititik labil. Sorkas-sebut saja dia begitu, marah dasyat. Pertama kali aku melihatnya marah. Entah karena aku yang kurang dekat dengannya atau memang Sorkas pandai membungkam emosinya. Kata-katanya menjadi tendensius, dibuat serius dan formal. Sama sekalai bukan Sorkas yang ku kenal. Aku bergedik. Aku ketakutan. Aku tak ingin timbul kebencian-kebencian baru lagi.
Aku orang yang sulit bersosialisasi dengan baik. Aku lebih tau cara bermain dengan tokoh imajinasi ketimbang dengan manusia nyata. Lebih merasa bersahabat dengan tokoh imajinasi ketimbang status “teman”. Begitulah aku…hingga aku mengancam akan pindah kontrakan kalau aku masih dipaksa ikut ronda. Bukan karena apa, tapi aku tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Apalagi dengan orang yang lebih tua, orang dari lingkungan di luar sana. Aku malas saja harus duduk terpaku membisu dipojok pos ronda.
Bermusuhan adalah hal yang paling kutakuti. Susahnya aku memiliki teman juga karena aku takut kehilangan. Aku hanya berteman dengan sedikit orang yang hubungan kami begitu dekat. Seperti ada perekat lengket yang sulit memisahkan kami. Tapi justru itu aku sering kehilangan teman. Dan kehilangan rasanya seperti ada yang merampas secara paksa sebagian kebahagian yang tengah kumuliki.
Aku hanya berharapa keesokan hari semua kambali pada jalur kewajaran. Amarah itu tenggelam bersama gelap malam. Semoga saja Sorkas memang akan memenuhi arti kata sms nya “Santai sajalah, Bsk sy jg dah lupa,”(3 Maret 2011, 22:48).
Aku akan mengarsipkan sms kemarahan temanku, suatu saat aku akan membukanya. Aku akan membuatnya sebagai kenangan. Mengurai kerinduan masa silam
Sumpah y wis! Lg mslh genting gini dibuat becandaan! (3 Maret 2011, 22:08).
Satu lagi,