Pages

Minggu, 05 Desember 2010

Amerika, Kebebasan yang Menakutkan


Impian Amerika

v+263-Bentang Pustaka dan Pustaka Republika

Cetakan kedua, Februari 2000

(Alm) Kuntowijoyo


Saya merampungkan novel ini sudah minggu lalu sebenarnya. Secara garis besar saya merasa begitu asyik dengan cerita di buku ini. Ceritanya tentang seorang pasangan suami dan istri yang tinggal di AS untuk melanjutkan sekolah. Tapi cerita ini tokohnya ada sebanyak 30 yang menghiasi setiap Babnya. Tokoh utama pasutri tadi berperan sebagai penyelesai masalah dari ketiga tokoh ynag ada disetiap bab. Novel ini di sebut sebagai novel “berbingkai”. Ya karena antar bab-nya dibuat berdiri sendiri. Satu cerita di bab selesai kita akan disambut cerita berbeda di bab berikutnya.

Dari mebaca buku ini saya semakin tau garis besar kondisi Amerika. Tak jauh –jauh, masih bergumul tentang Free sex, Alkohol dan Kapitalisme. Saya bilang itu kebobrokan. Tapi Amerika menganggap semua itu wajar-wajar saja. Naudzubillah!!!

Sekian cerita dalam novel ini berkisah tentang perubahan orang Indonesia yang awalnya orang-orang baik saja. Setelah tinggal di Amerika, arah mata angin di kompas sudah berpindah dari timur ke barat. Inilah yang saya sering saya katakan “Sebaik apapun kita, kalau sistem yang ada di sekitar kita buruk. Maka mudahlah kita berubah buruk pula.” Sebenarnya budaya-budaya barat yang begituan itu sudah meng-global. Hampir semua negara sudah terkontaminasi. Negara-negara timur yang katanya menjunjung tinggi norma juga sudah tak setinggi dulu dalam menjujung. Bahkan Negara-negara islam tak kalah parahnya. Sukses sekali negeri adi daya ini menjajakan produk budayanya keseluruh dunia. Selamat! Durjana!

Saya pernah mendangar cerita dari cerita teman saya. Teman dari teman saya itu melanjutkan kuliah di Amerika. Di sana teman dari teman saya itu tinggal homemate untuk menekan biaya yang serba mahal. Tinggal sekamar dengan seorang wanita berkebangsaan asing.

Pada suatu malam, teman bule dari teman, teman saya itu pulang dengan teman lelakinya. Memasukan teman lelakinya ke dalam kamar. Apa yang dilakukan remaja barat berlawanan jenis ketika berada di satu kamar? Huh, merinding. Dewasa! Sudah gitu, kata teman dari teman saya itu, pasangan bule itu melakukannya tanpa selimut. Sama sekali tak merasa sungkan dengan teman dari teman saya itu yang jelas-jelas berada di sebelahnya. Teman dari teman saya itu hanya sanggup menutup sekujur tubuhnya dengan selimut (kebalik ya?), menangis dan pura-pura tak mendangar desahan-desahan birahi. Saya tak berani membayangakan diri saya dalam posisi itu. Melihat orang yang berciuman bibir ke bibir saja saya sudah kalang kabut.

Masih tak lengkang waktu. Presiden negeri adi daya itu datang ke Indonesia. Banyak masyarakat Indonesia yang tersihir hanya karena disentil oleh nama masakan khas Indonesia yang disebut. Mudah sekali digombali. Pantes saja sinetron di Indonesia mudah digandrungi. Terlepas dari pidato itu. Saya membatin ”Apakah Pak Obama itu juga melakukan layaknya remaja Amerika yang sulit sekali menjaga keperawanan dan keperjakaannya dimasa mudanya?”

Di Amerika itu, sistemnya yang edan. Sistem yang edan itu mencetak sosoilogi warga hingga sedemikan rupa. Ayolah! Bukan saatnya kita gandrung dengan hal semacam itu. Budaya kita lebih terhormat. Jadi tidak malu menggunakan pakaian senonok itu tidak terhormat!Camkan!!!

Semoga novel ini mengalirkan amal

jariyah tak pernah putus untuk

mendiang (Alm) Prof. kuntowijaya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar