Pages

Selasa, 28 September 2010

Diri Cemburu, Cemburu Diri

Apakah benar adanya beruntung itu berlaku dalam sistem kehidupan? Saya merasa sangat naif untuk mengatakan iya. Tapi fakta-fakta berderet jelas memaparkan itu.

Ketika saya dan orang lain melakukan kerja keras yang sama, perjuangan yang tak kalah besarnya dan tentu saja ada saja pengorbanan yang ikut tergadaikan. Tapi mengapa hasil kadang mengatakan lain, dia bisa mendapatkan itu sedangkan saya belum bisa? Apa yang membedakannya adalah keberuntungan? Oh itu akan terlihat tidak rasioanal bagiku. Memuakkan.

Melihat orang lain mendapatkan apa yang selama ini aku inginkan dan aku usahakan. Tubuhku tiba-tiba panas. Emosi menyeruak memurka dalam sekujur aliran darahku. Merasa ingin merutuki kebebalan diri ini. Saya sungguh merasa ini nasib apes saja. Tapi jika dibalik juga bisa menjadi dia yang beruntung saja. Oh Rabbi, Jauhkan iri yang akan membakar amalku ini menguap dalam keikhlasan.

Sekarang menjadi tuntutan pada diri kita untuk bijaksana menghargai kegagalan dan kebarhasilan. Keduanya adalah jalan yang sama. Keduanya adalah perwujudan cintaNya yang sama. Hanya saja dalam dua wajah yang berbeda. Kegagalan dengan wajah kesabaran. Sedangkan keberhasilan dengan wajah kebersyukuran.

Ketika semua yang kita inginkan terkabul itu cuma akan mendidik kita dengan keangkuhan, menerbitkan kesombongan, mengorbitkan rasa tidak butuh akan kekuasaan Sang Pemilik Semesta.

Saya menjadi sangat bersyukur dengan semua hal yang harus saya usahakan. Mungkin itu mudah didapatkan oleh orang lain. Namun saya ingin mencintai proses mencari sesuatu itu. Biarkan kecemburuan itu berkecamuk lalu melesatkan seluruh potensi diriku. Saya tau saya bisa kalau saya mau berusaha.

“Perangi neraka di dalam dirimu”

Lyric lagu ini yang begitu menjadi motivasi saya dalam beberapa hari ini. Mungkin neraka itu adalah sebuah pengejawantahan dari kelakuan buruk yang kita lakukan. Bukankah neraka adalah sesuatu yang mengerikan. Dan kita tau bahwa kelakuan buruk juga adalah sesuatu yang mengerikan. Membunuh, menganiyaya, menyiksa, mengadu domba. Jadi hidup ini akan menjadi tak menarik kalau kita terlalu mudah melaluinya.

Naga Merah

Naga merahku akhirnya kembali

Mendarat ke sangkar besarnya

Di belakang istana

Naga merahku mengaung keras

Tanda bahagia akan pertemuan

Atau tanda ketidak sabaran

Merobek jalanan malam

Meliuk terbang siang hari

Menukik ke atas saat badai dan hujan

Terbang memutar saat naga merah melihat sang pujaan hati

Memelan saat pohon merontokkan daunnya

Aku sungguh tak kuasa

memenjara keinginan lebih lama lagi

Segara mengajak naga merah

Terbang bebas lagi dengan naga merahku

Melipat jalanan

Membungkus awan

Menertawai dunia

Membelakangi lautan

Mempercundangi bayangan yang jauh di bawah

*Dedikasi untuk montor Blade merahku yang sudah 1 minggu kutinggal di Kediri.

Senin, 27 September 2010

Pangeran Kacamata

Pengeran kacamataku kau kemarin hadir dalam hidupku

Begitu dekat, tak seperti biasanya yang hanya bisa kupandangi dari kejauhan

Aku bisa memandangmu, walau aku masih sering tertunduk tak mampu

Merasakan kehadiranmu

Mendengar gelak tawak dan percakapanmu

Kini aku tersiksa lagi oleh kerinduan denganmu

Rindu saat sedih bersamamu

Rindu saat kau mau setia menemaniku dalam kesremawutan hidup

Rindu saat liburan kau menelponku,

Lama melepas kerinduan

Membiarkan terbang

Dan saat aku selalu tak bosan menceritakanmu ke ayah dan ibuku

“ Hidupku sekarang berbeda, Aku sekarang punya sahabat!”

Saat sekarang kita semua dibayang-bayangi kematian

Saat berpisah dengan begitu terasa begitu menyakitkan

Saat aku tau

Tak sepenuhnya kau yang menginginkan ini semua

Ketakutan dan kepengecutanku turut ikut campur

Pangeran kacamata

Sang kodok merindukamu

Kau sahabat sang kodok yang tak tergantikan

Tak terbelah

Tak terbagi

Kelak ketika sang kodok sudah menjadi abadi

Sang kodok tak akan lelah mencarimu

Setia menunggu dalam cipratan pertemuan surga

Selamanya

Rabu, 22 September 2010

Kehilangan Sahabat

Kehilangan sahabat yang begitu dekat

rasanya seperti kehilangan satu mata

membuatmu jadi teramat sulit menyeimbangkan pengilihatan

kehilangan satu telingamu

membuatmu kehilangan ketajaman pendengaran

kehilangan satu kakimu

membuatmu tertatih-tatih hanya sekedar melangkah

seperti kehilangan sebelah tangan

mebuatmu susah bergerak

kehilangan sepenuhnya hatimu

Rasanya tak karauan,

sama ketika kau mulai mencintainya

Senin, 20 September 2010

Lebaran di Simpang Lima Gumol-14092010

Peserta: Hakim, Saya, Hasan, dan Aka

Sungguh simpang lima gumul sangat indah. Saya sarankan untuk berkunjung kesana kalau kebetulan berkunjung ke Kediri. dijamin akan memanjakan gairah jiwa kenarsisan kalian untuk langsung berfose ria. Tapi hati-hati kalau tidak beruntung anda akan menghadapi keamanan yang suka marah-marah kalau kalian berniat naik-naik tugu.

Fyi, Kapan ya kim-san kita hidup tanpa GJ. Masak untuk memutuskan makan nasi goreng saja kita harus ngeGJ berjam-jam dulu. Sungguh nasib kita mengenaskan. Nasi gorengnya tidak direkomendasikan untuk kunjungan kita yang ketiga kalinya. Sudah kubilang disitu tidak enak.

Hasan bisa-bisanya kau kesasar.

GJ oh...oh...Gj

GJ oh...oh...Gj

GJ oh...oh...Gj(pakai iramnya lagunya susis-sule)

Terimakasih ya Ka sudah mau mentraktir kami para kakakmu yang memang pelit dan irit ini. Dirimu akan paham ketika sudah menjadi seperti kami, menjadi mahasiswa pemburu traktiran. Tak ada kebahagiaan selain makan gratis bagi mahasiswa seperti kami. 

Buber PIA (Paguyuban Ikhwah Alumni)-08092010

Hujan deras mengguyur  sekitaran jalan Kediri. Ini menjadi tahun ketiga saya menjadi alumni SMA saya. Untuk pertama kali pula saya melihat langsung perubanhan sekolahan saya. Walaupun secara arsitek masih sangat amat kuno nan angker. Namun beberapa fasilitas memanjakan seperti AC, Ruang kelas yang rapi dan bagus, dan Hotspot dibeberapa area telah disediakan oleh sekolah. Secara bangunan fisik juga sudah terus mengalami penambahan bangunan maupun perbaikan yang sangat signifikan terlihat. Beberapa kabar yang saya terima adalah:

Kantin digusur, diganti dengan penyediaan makanan oleh sekolahan. Wah padahal kantin menjadi tempat kesekian kami selain kelas untuk mengahabiskan waktu. Cuma di kantin kami bisa saling bertemu antar penghuni kelas. Kelas depan dengan kelas belakang, Kelas di Pojok Timur dengan kelas di pojok barat. Apalagi bagi saya yang waktu kelas tiga, kelas saya begitu dekat sekali dengan  kantin. Membuat kantin menjadi tempat keluyuran bersama teman-teman. Jadi bisa dibilang kantin menjadi satu bagian tempat yang menyatukan seluruh penghuni sekolah untuk berinteraksi dan melepas kepenatan sejenak akan beban akademis.

AC-nya abal-abalan. Katanya ACnya tidak berfungsi dengan baik. Saya jadi ingat waktu zaman masih menjadi siswa, sering sekali rebutan kipas angin ketika panas di siang hari mulai membuat kami kegerahan. Terutama hari Rabu-kamis karena Baju kasnya begitu tebal. Pada akhirnya waktu saya menginjak kelas tiga, ada kebijakan Baju kas warna kuning hanya dipakai hari Rabu, dan kamisnya menggunakan pramuka. Ini untuk mengatasi masalah kepanasan itu.

Dan SPPnya membengakak hebat. Memang demikian adanya, fasilitas yang berlimpah pasti ada harga yang pantas untuk menjadi pemabayarnya. Tapi apakah kita sekolah untuk makan fasilitas tersebut?

Maaf jadi melantur, saya hanya ingin bernostalgia dengan SMA saya. Kita kembali membahas Buber SKI. Sebenarnya ada satu hal yang membuat saya kurang sreg dengan metode buber SKI selama ini. bagi saya buber Cuma sekedar menjadi ajang reuni belaka. Padahal saat buber menjadi momentum paling sempurna untuk mendengarkan keluhan atau diskusi dengan para adek kelas yang sekarang memegang estafet perjuangan. Kapan lagi mereka bertemu dengan kakak-kakak angkatan dari berbagai daerah. Saya jamin itu hanya terjadi satu kali ini saja. Jadi saya menyayangkan tidak adanya acara yang sanggup merubah keadaan menjadi sebuah keakraban antara alumni berbagai dekade dengan almameternya.

Sabtu, 04 September 2010

Catatan pinggiran 04092010

Bersama agung bercerita masa lalu di SMAS’T Kediri. Saat merasakan kebahagian masa remaja. Fyi, perjalan dengan bus ekonomi itu lebih banyak hiburannya ketimbang kalau kita naik bus ekskutif. Saya akan menguraikan kesemua hiburan tersebut.

Pengamen dengan lagu ciptaan sendiri maupun lagu yang sudah popular. Dengan suara pas-pasan atau yang suaranya parau sekali. Mulai dari satu sampai tiga lagu.

Pengemis dengan berbagai macam metode. Tapi miris kadang menggunakan embel-embel agama untuk menjerat agar penumpang agar mau memberikan uangnya. Kupikir islam mengajarkan untuk mandiri dan tidak terbiasa mengemis. Sekalipun untuk pembangunan masjid. Sebagai orang beragama islam saya merasa malu saja. Bagi saya ketika islam identik dengan meminta, islam menjadi terlihat tidak perkasa. Serba tidak mampu. Padahal kami punya Sang Pemberi Rezeki. Jadi sudah saatnya kami berusaha dengan usaha kita, bukan dengan jalan meminta.

Pembaca puisi yang aneh. Ini baru pertama kali saya lihat, berarti ini sebuah inovasi.

Pedagang asongan berbagai macam jenis dagangannya.

Ada yang tertinggal?

Atleast, sebagai orang yang selalu takut ketika harus berbicara di depan umum, saya bisa belajar dengan kemampuan mereka yang begitu lihai dengan pidatonya.

Catatan pinggiran 04092010

Merasa enggan pulang
Namun akhirnya pulang juga
Sudahlah, Kediri aku kembali.

Jumat, 03 September 2010

Jeprat-Jepret-06092010

Fotografi adalah tindakan menghentikan waktu pada satu titik kejadian tertentu utuk memperoleh sebuah lukisan keabadian yang akan selalu dikenang. Itu alasan saya begitu menyukai fotografi. Rasanya kita bisa mencuri waktu pada saat itu, lalu membawanya ke masa depan. Generasi ke generasi akan belajar banyak akan hal tersebut. Akan mengurai cerita yang sanggup berualang-ulang diceritakan.
Malam yang berbeda, setelah menghabiskan sepotong Humburger saya dan Imron mencoba belajar untuk mengabadikan indahnya malam di Lempuyangan.Kami menghentikan gerakan awan, gerakan kereta, membiaskan cahaya lampu dan berbagi kejadian sosial lainnya.
Saya menyukai saat bermesraan dengan sang pujaan hati mengabadikan berbagai macam kilasan hidup yang silih berganti dalam kehidupan.

Ini Baru Namanya Buber-03092010

Biasanya buber hanya diisi dengan kegiatan menyantap buka secara bersama-sama. Datang , nunggu magrib setelah itu langsung makan. Yah, kalau gitu apa bedanya dengan buka sendiri. Tapi kemarin berbeda, saya dan mbak Dyah, mbak Isti dan mbak Nunung makan di djejamuran Jalan Pandega dengan suasana hangat kekeluargaan. Rasanya memang merindukan pertemun penuh keajaiban dengan Tim Kukuruyuk. Apalagi sekarang temanya adalah makan gratis. Terima kasih Mbak Nunung.

Kali ini pembicaraannya berkutat pada cerita dibalik keluarnya Mbak Isti dari FLP. Dia bercerita kalau memang FLP adalah segalanya, tapi bagaimana juga sekarang jalan terbaik bagi dirinya adalah dengan keluar. Berkosentrasi dengan LSM TOCHnya. Semoga menjadi yang terbaik ya mande!

Mbak Nunung mondar-mandir karena tak tau dimana tempatnya. Jadi saya berdiri di depan warung layaknya patung penyambut. Dan itu berhasil.

Obrolan jadi melangkah ke topik tentang Negara. Kaitanya dengan hubungan Indonesia dengan Malaysia. Mulai menguraikan kesremrawutan Indonesia yang punya segudang kekayaan ini. Miris sekali.

Eh, saya lupa kenapa setelah itu kita berpindah ke topik tentang buruknya pelayanan kesehatan Indonesia. Tentang suster yang suka tidak manusiawi terhadap pasien. Dokter dengan dedikasi rendah dan cenderung memperkaya dirinya sendiri. Sampai pembahasan mengenai obat. Ah, pembahasan yang sama sekali tak menyentuh ranah ilmu kami.

Kamis, 02 September 2010

Buber Club Rabu

Ternyata tepat waktu itu susah. Kalau di Indonesia, kalau ingin tepat waktu kita harus berangkat lebih awal bukan menepatkan waktunya. Jika tidak, selalu saja ada halangan mendadak yang sama sekali tak bisa kita prediksi sebelumnya.

FYI, Kenapa jadwal angkutan di Jogja itu tidak ada jadwal teraturnya ya? yah seperti di luar negeri gitulah. Itu akan membantu kita untuk memanagement waktu dengan lebih baik. Tidak seperti disini, karena tidak keteraturan membuat kita kadang harus menunggu lama sekali. Tapi kadang kalau kita lagi beruntung, kita bisa langsung melenggang naik angkot. Bahkan Transjogja yang digadang-gadang menjadi solusi transportasi di Jogja juga tak kalah parahnya. menunggunya bisa sampai 30 menitan. Yakin ini menjadi solusi? Kalau kenyamanan dan ke ekonomisan memang sudah terjamin. Tapi karena seringnya menunggu mungkin ini jadi pertimabangan lain untuk berpindah dari transportasi pribadi ke transportasi umum.

Selain seringnya saya melihat sopir bus di Jogja itu bertato, suka kebut-kebutan(tapi kadang pelan banget, mungkin 20KM/ jam) dan tidak menjalankan ibadah puasa. Hari ini saya merasakan sisi lain ketidaknyamanan bus. Bus berhenti menunggu penumpang sampai lama sekali. Hampir setengah jam. Padahal saya harus datang jam 16.30 WIB, eh gara-gara itu saya sampai tempat tujuan jam 17.16 WIB. Padahal jarak kontrakan saya ke tempat tujuan tidak terlalu jauh.

Eh suasana Buebernya aneh, gak seru-seru banget. Tapi makanannya yang seru abis, hanya dengan bermodal “lima ribu rupiah” kita bisa makan sepuasnya. Ikan goreng, Ayam goreng, Sup, Fuyunghai, Kurma, Teh botol, Kurma dan Mie Goreng. Kenapa kata lima ribu rupiah saya pakai tanda petik, ya karena ternyata setangah pengeluaran kami semua di subsidi oleh Mas Ashif. Jazakallah Khairan Katsir ya akhi.

Iktikaf Malam 23 Ramadhan

Ini pengalaman saya menjalankan iktikaf pertama kalinya. Yah setelah 19 tahun menjalani hidup ini, malam kemarin adalah malam pertama saya merasakan nikmatnya iktikaf.

Ceramah dari Ustadz Beni membuat suasana hati saya berubah-ubah. Saat awal mendadak saya begitu semangat. Entah mendapat setruman semangat dari mana. Tapi semangat itu meledak. Pertengahan saya menjadi asing. Terakhir saya menjadi bosan. Pada akhirnya mata saya sudah tak kuat menjalani indahnya malam itu. Hidup saya malam kemarin selesai pada jam 23.30 WIB. Lelah.

Masjidnya agak gerah, jadi saya putuskan melepaskan jaket lalu melipatnya menjadi lipatan kecil yang saya gunakan sebagai bantal. Lumayan nyamanlah.

Paginya MasyaAllah, kepala ngantuk dan kepala terasa berat. Rasanya ingin meleanjutkan saja tidurnya. Terpaksa menahan sekuat tenaga karena menunggu Adzan Shubuh. Untuk mengisi kekeosongan hampir setengah jam itu saya habiskan dengan mengobrol dengan gunawan terkait kehidupan saya. Gunawan saya paksa untuk selalu menjadi pendengar cerita – cerita saya. Beberapa perkataanya yang saya suka pagi itu.

“ Pertama bertemu denganmu, aku merasa kamu bukan manusia tapi kamu seperti buku.”

“ Berusalah merubah keadaanmu nu.”(Redaksinya kurang lebih seperti itu).

Terimakasih sobat!!!

Langga sakit ya? Tapi Alhamdulillah sore ini saat kutelepon dia sudah dalam keadaan baikan.