Pages

Selasa, 08 Maret 2011

Januari, Sebulan Penuh Buku

Saya sudah lama mendengar desas-desus kehebatan Kakek Anton Chekov. Saya mendengar banyak hal tentang karya pendobraknya di negaranya, Rusia. Sayang seribu sayang saya tidak nyaman dengan alih bahasanya yang cenderung ngawur. Saya menemukan kata "Alhamdulillah" sebagai ungkapan atas rasa kebersyukuran disalah satu cerpen. Oh no...!!!
(lupa Januari hari kapan)


Kumcer dari legenda dunia sastra Indonesia ini mengisahkan tentang beragam cerita realis saat lebaran. Ada duka, suka dan kerinduan yang kadang luput terungkap ketika lebaran. Entah kenapa saya merasa suka, lebih cenderung jatuh cinta dengan judul nya kumcer ini. Lebaran di Karet, di Karet! Rasanya mengulangnya enak di mulut.
(lupa membacanya kapan)



Jujur saya malu membaca memoar ini. Serasa siapa sih saya yang sehat wal afiat ini tapi rajin mengeluh? memberontak? meminta lebih, lebih dan lebih dari yang sudah lebih kumiliki sekarang kepada Allah. Saya terhenyak sebentar. Seakligus saya menangis saat mengetahui ada seorang Huda di belahan tempat lain tengah berjuang hidup atas gagal ginjalnya disaat mungkin saya sedang mengeluh karena masalah sepela, di tempat terpisah. Sungguh Rabb, saya berlindung dari kekufuran atas nikmatmu!(11Januari2011)


Buku ini kumpulan dibalik proses kreatif sastrawan besar sekaliber A.A Navis, Putu Wijaya, N.H. Dini, Budi Dharma, S. Takdir Alisjaybana, dst. Saya secara pribadi belajar bagaiamana agar karya kita tidak terlupakan. Tidak terkekang zaman. Abadi. Belajar untuk tidak mudah menyerah dan belajar tentang mencintai apa yang kita sukai, Menulis. (2Januari2011)




Wah susah mencari cover versi Gramedianya. Tidak menonton, tidak mebaca saya rasanya selalu inginnya menangis. Kisah yang sangat inspiratif. Menyadarkan saya bahwa halangan yang kita hadapi tak sebanding dengan halangan yang dimiliki orang lain. Sungguh cukup hal tersebut membuat kita tersadar. Terpenting lagi adalah jangan lupa harus bersyukur!(11Januari2011)


Saya sudah mengulasnya panjang dan lebar. Silahkan cari di rubrik Reebok saya.
(3Januari 2011)




Novel ini bercerita tentang Bad Boy akibat kurangnya perhatian dari orang. Sekalipun novel remaja, bahasa dibuat penuh diksi. Kita sebagai pembaca waktu membacanya menjadi tidak lekas bosan. Itu yang mengangkat novel ini dari sebuah tema yang cenderung klise menjadi cerita yang renyah dinikmati dan terkesan baru. Catatan saya hanya pada banyak karakter tempelan yang sangat sayang tidak digali secara mendalam. Sayang sekali....(2Januari2011)



Karya kedua M.Irfan Hidayatullah yang saya baca dibulan januari. Kumpulan cerita kontemplasi yang mengkaitkan antara manusia dengan binatang. Seingat saya ada laron, anjing, kera, ikan, dst. Lagi-lagi dosen sastra ini menguatkan kekuatan bahasa sehingga buku ini menjadi sebuah cerita berat namun indah. Sasarannya mungkin sengaja tidak ditunjukkan untuk remaja berbeda dengan Dan Gue Bukan Robot. Pesan-pesannya teruarai cukup menghentak, cukup menyindir tentu saja menggugah! (1Januari2011)

Karya terakhir dari M.Irfan Hidayatullah yang saya baca pada hari yang sama dengan Dan Gue Bukan Robot. Reviewnya hampir sama dengan Dan Gue Bukan Robot. Bagi saya yang membedakan dengan DGBR adalah tema saja. Isi cerita Cermin Retak adalah mengenai anak kembar yang terpisah. Kisahnya tentang Robbi yang diculik oleh seorang China dan dibesarkan dengan keberlimangan kekayaan. Namun perasaannya serba kering karena agamanya (bukan Islam) tidak menentramkannya. Selama sekian puluh tahun Robbi dan Robbani terpisah. Seolah semua sudah diatur, takdir kebetulan menemukan Robbi dan Robbani. Endingnya memang sangat menegangakan tapi berakhir dengan sangat menggantung. ( 2Januari2011)


Buku selanjutnya, sejak beritanya santer terdengar di media masa baik cetak maupun layar kaca. Saya sudah sangat tertarik dengan cerita romantis Pak Habibie dan Bu Ainun. Benar! membaca buku ini memang romantis, tapi tanpa mengurangi rasa hormat. Saya tidak mendapatkan keromantisan secara utuh. Buku ini lebih banyak membahas Pak Habibie dengan kehidupannya dan Bu Ainun mendapat porsi yang tidak cukup banyak. Buku ini yang tanpa editor juga cukup menganggu dengan banyaknya kesalahan penulisan. Terlepas dari itu, saya selalu kagum dengan orang jenius yang bisa menulis novel. Itu semakin menunjukkan kejeniusannya. Hebat! otak kanan dan kirinya seimbang. (1Januari2011)

Catatan Zhevi: tidak menemukan covernya di google. (Lupa membacanya kapan)
Saya membacanya karena tau pengarangnya yang kebetulan adalah pemandu forum fiksi FLP Yogyakarta tahun angkatan saya. Novel misteri ini memang sangat sederhana. Sasarannya jelas remaja. Novel ini tipis jadi cukup duduk santai beberapa jam maka novel akan habis terlahap.


(Lupa membacanya kapan, tapi saya membacanya di Perpuskot)
Sangat tidak rekomendasi dibaca. Sudah jelas ini novel grafis dewasa. Sekalipun anda sudah merasa dewasa tetap saja tidak boleh membaca!





(Akhir Desember-Awal Januari)
Ini kolaborasi suami istri penulis. Teh Pipiet Senja dan suaminya. Mesra sekali ya?
Buku ini berisi dua novelet(jumlah halaman yang lebih sedikit dari novel pada umumnya). Kalau tidak salah novelet teh Pipiet ceritanya tentang kegagalan seorang wanita dalam menjalakan profesinya sebagai ibu rumah tangga yang baik karena kesibukan kariernya. Sedangkan sang suami, bercerita tentang dua pasutri yang kabur karena pernikahannya tidak direstui. Akibatnya sang suami tidak bisa menggunakan kelelakiannya hingga pasutri tak kunjung punya garis keturunan.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar