Pages

Selasa, 30 November 2010

Penulis Produktif
















Saya ingin jadi seperti Pipiet Senja. Kenapa? Awalnya, saya beberapa kali menemukan buku karangan pipiet senja di rak buku lemari salah seorang teman. Novelnya dia beli saat masih SMA (3 tahun yang lalu). Kemudian teman saya menunjuk satu buku lagi. Dia bilang kalau yang itu dibeli baru bebarapa bulan yang lalu.

Hal yang paling saya sukai adalah membaca biografi penulis dibelakang sebuah buku terlebih dahulu sebelum membaca sebuah buku. Kalau biografi penulisnya memesona maka akan mensugesti saya untuk semakin tertarik membaca buku itu. Nah, waktu membaca biografinya Pipiet Senja. Saya tersontak kagum. Deretan judul buku tertulis. Dari tahun ke tahun, dari judul ke judul, dari genre ke genre. Jumlahnya fantastis. Berjubel. Salut.

Sudah bukan menjadi berita baru kalau Pipiet Senja menderita penyakit leukemia. Penyakit yang menuntutnya untuk melakukan pencucian darah. Biayanya jelas tak murah. Saya membayangkan kondisi Pipiet Senja pasti tidak sesehat orang pada umumnya. Begitulah, menurutku setiap orang mempuanyai faktor pembatas masing-masing. Orang yang hebat tentunya adalah orang yang mampu melalui faktor pembatas yang ada di dirinya. Dan Pipiet Senja melampauinya. Saya pokoknya pengen menjadi seproduktif Pipit Senjalah. Sekalipun karya Pipiet Senja booming-booming,enggak-enggak ( maksudnya ada yang booming, ada yang enggak).

Satu yang mengganjal pikiran saya lagi. Kenapa penulis produktif itu adalah para wanita ya? Sebut saja nama-nama ini: Sinta Yudisia, Afiffah Afra, Clara NG, Asma Nadia, Helvi Tiana Rossa, dst. Fakta itu tak akan menyimpulkan bahwa menulis adalah sesuatu yang berhubungan dengan wanita. Layaknya kegiatan memasak atau menjahit.

Yah, lalu muncul pemikiran saya lagi, kalau ukurannya jumlah maka mungkin wanita akan bisa menungguli pria. Itu karena wanita punya anugerah berupa daya tekun yang tinggi. Wanita bisa berlama-lama dengan apa yang sedang dilakukannya. Beberapa wanita juga lebih memiliki waktu yang lebih tanpa tuntutan dibandingkan dengan pria.

Tapi secara kualitas, bolehlah para pria berbangga. Nobel atau penghargaan dibidang kepenulisan masih banyak diraih oleh para pria. Sangat gender sekali arah pemikiran saya. Sebenarnya saya tak bermaksud begitu. Ini hanya masalah anugerah yang berbeda saja.

Kembali ke saya. Saatnya saya menyusul. Memasukkan nama saya dibagian bawah sampul novel. Di bawah judul yang tercetak besar. Mendapatkan endosrmen dari orang yang lebih hebat. Menuliskan biografi di halaman akhir buku. Menuliskan untaian kalimat terimakasih dibagian awal. Mengajak pembaca measuk ke dalam isi cerita. Dan membagikan pengalaman dibalik proses kreatif yang saya alami. Hora!

1 komentar:

  1. Nak, terimakasih ya telah mengomentari karya saya, eeeh, karya yang mana?

    Ralat sedikit; penyakit saya adalah kelainan darah bawaan, thalasemia namanya, sejak lahir sudah demikian. Bukan cuci darah, ini mah orang gagal ginjal, ya.,

    Saya ditransfusi darah secara berkala 2 atau 3 bulan sekali, seumur hidup, sejak kelas 4 SD hingga detik ini, saat kutulis komentar ini sedang berada di UGD dan ditransfusi.,

    salam budaya dan kreatif!

    BalasHapus