Pages

Sabtu, 13 Februari 2010

Masa Lalu


Perpustakaan UGM, Desember 2150
Setelah memarkir sun racer ku di tempat parkir. Di sebelah kanan perpustakaan. Aku mengaktifkan tombol on pada belakang sun racer kepunyaanku. Agar kendaraan itu mengumpulkan energi matahari yang akan disimpan menjadi sebuah energi untuk menggerakan sun racerku kembali. Kau taulah di zamanku sekarang. Mana mungkin kami bisa menikmati adegan dimana kami mengantri untuk mendapatkan bahan bakar seperti di zaman kalian. Hal seperti itu sudah ikut punah mengiringi laju perubahan dunia ini juga. Selaras. Namun sebenarnya sudah menjadi prediksi yang mudah.
Di depan pintu perpustakaan. Aku menunggu sejenak. Membiarkan alat dectetor menganalisa ID card ku.
“ Derka. Fakultas Sejarah. Sejarah Bumi. 61751872 64906249.” Kemudian pintu itu terbuka. Mempersilahkan ku masuk.
***
Sampai di selasar aku menonaktifkan tombol off pada jam tanganku. Yang secara otomatis akan mematikan selubung pelindung di seluruh tubuhku. Di zaman kami, kalau tak ingin mati konyol karena mati terpanggang panasnya matahari. Maka alat ini menjadi alat yang wajib dikenakan. Maklumlah orang –orang dizaman kalian menebang pohon tanpa peduli akan akibatnya. Yang membuat akhirnya bumi mulai beraksi. Marah. Balas dendam kalau versiku. Laipson ozon di ijinkan untuk menjadi sangat tipis. Hingga hanya tinggal beberapa makhluk hidup yang sanggup hidup. Manusia salah satunya makhluk itu. Manusia masih mampu bertahan hanya karena kecerdasanya. Dia membuat alat ini untuk menangkal kondisi menyulitkan ini. sebagai contoh dari kecerdasan itu.
Aku menghampiri petugas administrasi yang menyambutku dengan seulas senyum ramah. Aku memabalasnya. Aku menjawab semua pertanyaan formalitasnya. Seperti biasa. Dia wanita yang cukup cantik menuruku. Tubuh tinggi semampai. Alisnya tebal, alis matanya lentik. Paras wajah yang khas asia membuatnya istimewa di mataku. Di sampingnya ada robot berbentuk kucing berwarna biru yang menemaninya. Dia meloncat-loncat. Aku mengelus robot kucing itu. Seketika robot kucing menubrukku. Dia tak memberiku waktu untukku menghindar. Aku hanya tersenyum. Aku meilhat sekilas petugas tadi juga ikut tersenyum.
***
Sekarang aku harus fokus untuk mencari apa yang aku cari. Tempat yang aku tuju sudah tak terlalu jauh. Aku bergegas. Aku berusaha berjalan mempercepat langkahku. Sudah cepat menurut hitungan matematis otakku.
Hanya menunggu hitungan detik aku sudah sampai tempat yang aku tuju. Tempat universitas ini menyimpan semua buku. Aku tak pernah tau jumlah pastinya. Mungkin ribuan. Mungkin pula jutaan. Atau lebih dari kedua kemungkinan tadi. Tak terlalu menarik mengetahuinya. Sekarang cukuplah dengan kata-kata sangat banyak untuk mewakili jumlah itu.
Ruangan ini begitu luas. Suhu udara di rauangan ini mencapai – 20 ° C. tapi masih terasa cukup panas menururku. Semua yang ada di sini berbentuk digital. Tiga foto besar di sebelah kanan sudut ruangan ini menggambarkan tentang UGM. Foto di tengah menurut ruangan ini adalah foto presiden dan wakil presiden. Di bawahnya ada gambar garuda. Empat layar proyektor TV di pasang di empat sudut ruangan ini. Satu layar proyektor dengan ukuran yang besar adalah database dari semua buku yang tersimpan di Perpustakaan ini. maka tak ada buku yang terbuat dari kertas. Kami hanya bisa melihat buku kertas jiika kami mengunjungi museum.
Aku melangkah menuju layar proyektor besar.
Aku merogoh sakuku untuk mencari catatan di PDA tentang judul buku dan pengarang yang aku cari. Tanganku merogoh-rogoh di setiap sudut saku celana. Ternyata tanganku tak menemukan yang aku cari. Sekarang tanganku berpindah menggeledah seluruh isi tasku. Hasilnya masih sama. Nihil. Mungkin ketinggalan di rumah.
“Sudahalah…” aku berkata lirih.
Aku mengetikkan key word dari buku yang aku cari. Seingat memoriku menyimpannya. Ribuan judul buku muncul. Aku menelan ludah.
“ ah…terlalu banyak” batinku.
Aku mencoba menspesifikkan key wordnya. Sedikit berkurang. Tapi tak terlalu membantu. Masih terlalu banyak
Aku sedikit putus asa. Aku memutuskan untuk mecari tempat duduk. Mengingatnya dengan cara ternyaman. Mungkin itu akan membantu, pikirku.
Dua orang ternyata sedari tadi sudah menunggu di belakangku untuk mengantri. Sedikit merasa tidak enak. Aku melunasinya rasa ketidak enakanku dengan seutas senyum.
***
Kusandarkan tubuhku ke bagian atas kuris warna coklat ini. Aku menaruh tasku ke meja di depan kursi. Aku membuka resleting tasku, mencari sesuatu. Ku rogoh bagian atas tasku. Tanganku mulai meraihnya. Ini pil pengenyang. Kami menyebutnya demikian. Sekarang kami tak perlu serepot dulu yang harus makan dalam jumlah banyak untuk menjadi kenyang. Cukup dengan pil ini 2-3 hari kami tak akan merasa lapar. Di zaman ini tak mungkin bagi kami untuk memakan makanan yang alami. Tadi sudah ku bilang. Sudah tak ada yang di wariskan oleh generasi dahulu. Satu-satunya warisan adalah segela keterbatasan ini.
Aku mulai mengingat buku itu. Tak terlalu lengkap. Mendekati lengkap mungkin kata yang lebih cocok. Segera tubuhku bangkit menuju tempat layar proyektor database tadi.
Kumasukkan key word lagi. Sekarang hanya menyisakkan 10 buku yang sesuai dengan key wordku. ku masukkan flasdiskku. Untuk memindahakan 10 buku tadi.
“ selesai juga…”.
Aku kembali ketempat duduk yang tadi. Aku menyalakan notebookku. Memencet layar touchscreen notebooku. Memasukkan data dari 10 buku tadi ke dalam notebookku. Memindahkannya. Mencari dan memilah buku yang mana. Buku pertama, bukan. Buku kedua, juga buka. Buku keempat, kelima dan keenam, juga bukan. Berpindah ke buku ketujuh.
“ Nah ini dia. BUMI MASA LALU”.
***
Kuputuskan Melihat daftar isinya terlebih dahulu. Mencari bab yang mengulas data yang aku butuhkan. Kutumekan data yang kubutuhkan ada di Bab V. Sekitar 200 halaman.
Aku mulai membukanya.
Halaman-halaman awal membahas tentang bunga. Berbagai macam jenis bunga dengan penjelasan singkatnya. Indah. Bukan indah , tapi sangat Indah.
Aku melihat bunga matahari. Mebaca penjelasan tentangnya. Bunga ini adalah bunga yang seolah-olah replika matahari. Bergerak mengikuti matahari. Ketika matahari terbit dari timur, bunga ini mengahadap ke timur. Ketika matahari tenggelam bunga ini pun menjadi layu.
Andaikan kakek buyutku tak pernah serakah. Sedikit saja merasa peduli dengan alam. Peduli terhadap kami, generasi penerusnya. Mungkin saat ini aku masih bisa melihat bunga mtahari. Menikmati segala macam keindahan alam. Aku menghela nafas dalam.
Halaman berikutnya juga msih membahas mengenai berbagai macam bunga. Bunga tulip, bunga mawar, bunga melati, bunga lili, bunga kamboja, bunga raflesia, dst. Halaman demi halaman kubuka. Ada rasa kesal, ada rasa ingin tau yang besar dan ada pengaharapan.
Sampai pada halaman tentang hewan yang pernah ada di muka bumi. Aku membukanya, membacanya, menelaah satu persatu. Aku berhenti pada halaman yang bercerita tentang Panda. Hewan yang sungguh lucu pikirku. Memiliki bulu yang mengabungkan perpaduan WARNA hitam dan putih. Bulunya begitu tebal. Tubuhnya tambun. Mata yang lucu. Binatang yang benar-benar lucu.
Setelah puas dengan halaman-halaman di bab Sejarah Makhluk Hidup di Bumi. Aku berpaling ke bab selanjutnya. Bab tentang Kehancuran dan Keserakahan. Bab yang paling kuhindari sebenarnya. Tapi terpaksa harus ku buka dan kuperdalami. Apaboleh buat, tugasku kali ini berhubungan dengan hal itu.
Aku mulai membaca tiap kata dalam kalimat dalam pargraf. Tak ada yang ingin aku lewatkan. Halaman yang satu berganti ke halaman berikutnya. Aku terus menyimak. Kadang ada sentakan emosi ketika membaca. Banyak hal yang terlalu mengerikan. Kejam.
Kecurangan, kemunafikkan, kekejaman seolah menjadi topeng manusia pada zaman itu. Seperti sebuah interpretasi keberadaan setan dalam diri setiap manusia. Dalam perang seolah tak ada kata belas kasihan. Tak paham arti mengasihi. Iba. Yang ada hanya bagaimana mengahncurkan. Mendapatkan apa yang mereka butuhkan. Kekuasaan. Mereka tak terlalu peduli akan korban meraka. Anak-anak yang masih tak mungkin untuk melawan menjadi korban kebiadapan itu. Wanita yang secara kodrat untuk dilindungi di tuntut harus ikut terlibat melawan. Lansia yang sebenarnya hanya tinggal menunggu waktu untuk merasakan kehidupan keabadian, juga tak mampu menghindar dari amukan kekejaman manusia.
Manusia memborbardir semua tempat. Rumah sakit, sekolah dan bangunan lain yang begitu penting dalam sendi manusia harus hancur luluh lantah. Tak peduli akan masa depan. Kaum pengacau yang beringas terus melakukan itu. Satu pihak kalah berpindah kepihak lain untuk ditaklukkan. Terus berlangsung bagai alur sebuah cerita yang tak pernah ada endingnya. Mereka tak pernah sadar akan apa yang harus mereka pertanggungjawabkan. Karena meraka akan tak meresakan karma itu. Tapi kami di zaman ini yang harus menanggung semua pertanggung jawaban itu. Merasakan setiap lapisan karma itu.
Aku menyandarkan kepalaku di kursi. Aku menghela nafas panjang. Air mataku menetes. Sesenggukan. Banyak andai-andai diotakku. Andai dulu seprti ini pasti sekarang seperti ini. Andai ini, andai itu, andai, andai dan andai. Menyesali ini dan itu. Kecewa. Aku menghela nafas panjang lagi untuk menstabilkan emosiku.
Buku ini kemudian bercerita tentang jamur, bakteri, virus. Yang jumlahnya sangat banyak. Aku mebuka halaman demi halaman. Setiap halaman yang ku buka aku seperti tertarik medan magnet yang mengirimku ke masa lampau. Masa lampau yang telah disia-siakan. Masa lampau yang duhuni oleh manusia yang diperbudak oleh keserakahan.
Jam tanganku berbunyi. Sengaja kupasang alarm untuk mengingatkanku akan agenda ku berikutnya. Aku menutup notebookku. Ku masukkan dalam tasku. Tubuhku bangkit dari kursi dan aku melangkah keluar perpustakaan. Mengakhiri perandai-andaianku tadi.
***
Sepuluh tahun berikutnya, waktu perubahan yang menentukan…
Semua orang sudah siap berada di luar rumah mereka. Ada yang berada di jalan, ada yang di depan kampus, ada yang di depan kantor. Intinya semua sudah siap untuk memulai sebuah awal dari perubahan besar. Perubahan yang selama ini diharapkan.diimpikan.
Kami menunggu aba-aba yang serentak di seluruh penjuru dunia. Kami akan serentak menanam tanaman perubahan. Kami menyebutnyan demikian. Karena tanaman ini ditemukan dengan perjuangan yang tak mudah. Tanaman yang sudah ditunggu semua orang sekian lama. Tanaman ini adalah tanaman yang berhasil dihasilkan oleh semua penemu dari semua negara di dunia. Tanaman yang akan menghijaukan bumi ini lagi. Membuatnya tersenyum kembali. Satu hasil penelitian berganti dengan penelitian yang lain. Tak satupun yang berasil. Sekarang kami akan mencoba lagi. Gagal atau berhasil hanya dua pilihan itu yang ada. Namun kami tak akan pernah lelah. di otak kami ketika satu penemuan muncul adalah awal perubahan. Awal akan terciptanya harapan-harapan kami.
lolongan bunyi yang panjang dan keras. Serentak di seluruh penjuru dunia. Pertanda bahwa semua sudah siap. Siap untuk menanam perubahan. Perubahan yang lebih baik.

071209.10.09WIB




1 komentar:

  1. ini cerpen yang aku ikutkan lomba di MIPA UGM, tapi Alhamdulillah gak diterima...

    BalasHapus