Pages

Sabtu, 13 Februari 2010

Surabaya Membuatku Bersyukur


        Aku lupa terakhir kesana kapan? Seingatku sih pas SD. Itu pun hanya di Kebon Binatang doang. Entah niatan apa yang membuatku kemarin memutuskan untuk pergi ke Surabaya lagi? Mungkin karena teman-teman dekatku banyak yang kuliah di sana ya. Jadi jalan-jalan berkedok silaturahim, atau sebaliknyanya ya?
        Sejak kuliah di Jogja, kupikir Jogja panasnya dua kali lipat dari Kediri( kalau ada yang gak tau, Kediri itu kota kecil di propinsi Jawa Timur). Panasnya beda. Kalau Kediri cuma panas doing, tapi kalau Jogja panasnya nyengat kulit. Sudah gitu Jogja merupakan daerah dengan kelembaban yang cukup tinggi. Jadi keringatnya sulit kering, itu yang membuat kulit hitam. Walau aku tak terlalu banyak menemui orang Jogja berkulit gelap. Kalau ada pun mungkin itu pendatang. 
        Bisa bayangkan panasnya Jogja kan? Tapi di Surabaya panasnya satu setengah kali lipat dari Jogja. Panasnya itu beda, panasnya terkesan lengket dikulit. Bawaannya pengen mandi terus. Anehnya mandi bukan merupakan solusi karena air di Surabaya adalah air pantai yang lengket di kulit. Alhasil mandi malah akan melipatgandakan siksaan yang harus dihadapi(ini bagi rumah yang tak menggunakan air PDAM ya!). Aku menjadi tak terlalu heran kalau kamar temen-temenku penuh oleh kipas angin. 
       
Mungkin itu juga yang membuat Surabaya itu salah satu kota di Jawa yang memiliki logat paling kasar( bukan bermaksud rasis ya!!). Aku cukup tak terbiasa mendengar logat khas mereka dengan bahasa jawa yang kasar banget. Rasanya telingaku benar-benar panas dengan semua itu. Namun sebenarnya orang-orang disana ramah-ramah. 180° berbeda jauh dengan cara mereka ngomong.
    Waktu diajak berkeliling aku cukup tertegun menatap gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi( kelihatan ndeso banget.hehehe). Hal itu menjadi wajar mengingat bahwa Surabaya adalah kota metropolitan kedua setelah Jakarta. Tapi tetap bagiku itu hal yang luar biasa. Mall terbesar di Jogja besarnya hanya seperempat besarnya dibanding Mall di Surabaya. Sudah gitu jaraknya deket-deket. Ah, semakin menunjukkan ke katrokanku.hehehe
        
       Disana aku bingung mau jalan-jalan kemana waktu di sana. Pantai kenjeran? Huh, pantainya kumuh banget. Mall? Ini mah bukan aku banget. Kebon binatang? Kok rasanya males banget ya, kecuali besok kalau aku sudah punya anak.hehehe. Ya…ya…ya akhirnya hanya berkutat di kos-kosan temen-temenku. Berkunjung dari satu kos ke kos yang lain. Begitu seterusnya. Menghemat juga sih, secara apa-apa disana lumuyan mahal untuk kantongku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar