Pages

Rabu, 02 Desember 2009

Benih Keimanan


Pak tani menenam sebuah benih di tanah dengan segudang harapan agar kelak ia bisa menghasilkan banyak manfaat bagi petani itu sendiri dan juga orang lain. Agar usahanya itu berhasil petani akan memilih lahan yang baik yaitu tanah yang banyak mengandung unsur hara. Petani melakukan irigasi agar tanaman bisa melakukan fotosintesis. Petani memberikan pupuk agar tanaman tidak kekurangan satupun kebutuhannya akan unsur-unsur. Petani melindungi tanaman dari serangan hama dengan pestisida.Rangkaian tersebut dilakukan terus menerus dengan sungguh-sungguh. Tetapi untuk mendapatkan hasilnya petani harus bersabar menunggu. Hingga pada akhirnya petani mendapatkan hasil yang ia harapkan. Jika memang ditengah jalan ada hal-hal diluar kendali dan tidak bisa dihindari seperti bencana alam. Maka petani tidak sekalipun mengeluh dengan berlebihan. Yah itulah kehidupan petan yang begitu jujur dan sederhana!
Begitu juga yang seharusnya kita lakukan terhadap keimanan kita. Kita harus memperlakukan keimanan kita ibarat sebuah benih. Kita menanam keimanan kita dalam-dalam pada diri kita agar kelak jika saatnya tiba maka keimanan kita bisa bermanfaat baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Seperti halnya pada benih maka kita harus melakukan banyak hal agar tujuan kita itu tercapai. Tidak ada satupun hasil yang bisa kita raih tanpa adanya usaha yang kita lakukan. Hal pertama harus kita menempatkan keimanan kita pada lahan yang tepat. Kita memang terkadang harus memilih milih lingkungna agar hal tersebut menjadai penjagaan. Sekalipun tugas kita meang harus terjun ke dunia masyarakat secara riil yang begitu heterogenitas. Karena memang itu tugas kita untuk mewarnai keheterogenitas tersebut dalam satu warna hakiki dari Sang Khalik.
Kita akan memberikan air pada keimanan kita dengan ibadah- ibadah. Karena ibadah adalah sesuatu yang sumber dari keimanan kita. Jangan berharap keimanan kita subur tanpa adanya ibadah yang kita lakukan. Keimanan akan sangat layu ketika ibadah yang kita lakukan juga tidak maksimal.
Pupuk untuk mempersubur keimanan kita. Kita akan menggunakan amalan perbuatan baik. Ada sebuah tawazdun antara hazbluminallah dengan hazbluminannas. Jika air adalah ikhtiar untuk hazbluminallah maka pupuk adalah ikhtiar untuk hazbluminannas.
Keimanan itu bersifat pasang surut. Ada kalanya keimanan kita bisa begitu kuat mengakar pada diri kita. Ada kalanya juga keimanan itu berada pada titik absis. Pada keadaan itu kondisi jiwa kita bisa begitu labil dan begitu rapuh. Syetan akan dengan mudah mengobrak-abrik diri kita hingga akhirnya kita terjun pada godaan bidapnya. Oleh sebab itu, perlu diadakan protection pada diri kita saat keimanan kita begitu tipis. Doa adalah pestisda yang bisa kita gunakan untuk mengatasi hama-hama yang menggangu dan mengerogoti keimanan kita. Doa adalah senjata terampuh yang diberikan oleh Alloh kepada hambaNya. Kita bisa menilik sejarah bahwa sebuah keajaiban dan kemustahilan hanya bisa terjadi karena sebuah doa. Nabi Ibrahim yang tetap bisa hidup walaupun api yang membara telah mebakarnya.Nabi musa yang bisa membelah Sungai Nil, umat muslim yang meraih kemenangan melawan kaum Quraisy yang jika dipikirkan secara rasional tidak mungkin bisa kita temukan ujung akhirnya. Bayangkan 3000 ribu prajurit muslim harus melawan 30.000 ribu prajurit Quraisy.
Yah, jika segala ikhtiar kita lakukan ya kewajiban yang sanggup kita laukan adalah tawakal. Asalkan kita ikhlas maka benih keimanan yang kita semai dalam hati akan menghasilkan banyak hasil panen. Tidak hanya hasil panen di dunia tapi juga di akhirat kelak.
Allah ua’alam bishowab

21 januari 2009
Di Kediri
Sebuah muhasabah satu semester

Tidak ada komentar:

Posting Komentar